Sungguh menarik tulisan Khalid
Asy-syantut dalam bukunya “Rumah, Pilar Utama Pendidikan Anak”. Pada
sub bab “Peran Ayah dalam Mendidik Anak”, pakar pendidikan Islam ini
menuliskan, “Ketika anak berusia lebih dari dua tahun, ayah hendaknya mengajak
anak bermain bersama.”
Mengapa Khalid Asy-Syantut
menganjurkan hal yang demikian?
Apa pentingnya bermain dalam tahapan
pendidikan anak?
Jam menunjukkan pukul 05.30 ketika
mobil ayah mulai dinyalakan untuk dipanaskan. Ayah harus berangkat pagi sekali
bila tidak mau terjebak macet dan terlambat sampai di kantor. Bunda
mengantarkan ayah di pintu sambil menggendong adek yang masih dalam usia
menyusu. Kakak pun menggandeng tangan Bunda sambil terus mengajak bicara sang
ayah. Ayah yang tergesa dan khawatir terlambat hanya menimpali sesekali. Itu
pun ketika kakak sudah menanyakan hal yang sama berulang kali hingga membuat
ayah bosan dan mulai merasa terganggu.
Jam 05.45 ayah pun berangkat ke
kantor. Kakak dan adik menghabiskan waktu bercengkrama dengan bunda sepanjang
hari. Bunda melakukan semua pekerjaan rumah sambil mengasuh kakak dan adik.
Makanan bergizi pun terhidang. Baju tercuci dan tersetrika rapi. Rumah bersih
dan wangi. Lalu bunda mengajarkan kakak membaca dengan telaten sambil menyusui
adik. Malam pun tiba, Bunda dengan penuh kasih sayang menutup kegiatan hari ini
denganberkisah untuk kakak dan adik yang mulai mengantuk.
Tiba-tiba terdengar bunyi pagar
rumah yang dibuka dan derum suara mobil ayah memasuki halaman. Anak-anak pun
berlarian ke depan menyambut ayah.
“Ayah, kakak tadi diajari membuat
pesawat oleh Bunda. Ayo Yah kita main, kakak sudah tunggu Ayah dari tadi”.
Ayah menjawab,”Sama bunda saja
yah mainnya, ayah lelah sekali. Sekarang ayah mau mandi dan langsung istirahat.
Jangan ganggu ayah yah, ayah kan seharian kerja cari uang untuk kalian.”
Kakak pun menggandeng bunda dan
minta bunda menyimpankan pesawatnya sambil berkata,”Bunda, ayah capek yah
cari uang untuk kita? Kalau begitu kakak main sama ayah hari Ahad saja yah Bun,
kalau ayah sedang tidak bekerja.”
Ahad pun tiba. Ayah sudah mandi dan
rapi di pagi hari. Melihat ayah sudah rapi, Kakak yang terlambat bangun
langsung minta diambilkan pesawat untuk mengajak ayahnya bermain. Namun ayah
berkata,”Mainnya sama bunda saja yah Nak, Ayah ada janji reuni dengan
teman-teman ayah.Nanti pulang ayah belikan mainan pesawat yang bagus untuk
kakak.”
“Asiiik, nanti kita main ya Yah…”
seru Kakak.
Ayah pun menyahut,”Sepertinya ayah
akan pulang malam hari ini, Kak. Mainnya besok sama Bunda saja yah. Yang
penting, besok pagi ketika kamu bangun tidur, mainan pesawat yang baru dan
bagus sudah ada di meja belajarmu.” Kakak pun mengangguk. Entah apa yang ada di
hatinya.
***
Banyak dari para suami yang mengira
bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab
istri. Suami
tidak dituntut kecuali untuk memenuhi kebutuhan materi anak-anak dan istrinya.
Akibatnya, suami sering menghabiskan waktunya di luar rumah bersama
rekan-rekannya dan ketika kembali ke rumah langsung beristirahat di kamar
sambil meminta istrinya menemani anak-anak mereka agar tidak menganggu
istirahatnya. Jika demikian keadaannya, keluarga tersebut jelas dalam keadaan
bahaya (Asy-Syantut, 2005).
Ayah, tidak malukah pada Rasulullah,
sang pemimpin ummat? Yang dalam kesibukannya yang tak terbayangkan, Beliau
tetap menyediakan waktu bercengkrama dengan anggota keluarganya.
Ingatkah kisah bagaimana Rasulullah
pernah sholat sambil menggendong Umamah? Beliau memberikan keteladanan dan
contoh nyata cara sholat dan adabnya yang dirasakan langsung oleh si kecil
Umamah, sekaligus memberikan ilmu kepada para sahabat.
Tidakkah kita ingin mencontoh
kemesraan antara Rasulullah dengan Hasan dan Husein radhiallahu anhum ketika
mereka duduk dan bercanda bersama? Bagaimana Beliau menyediakan punggung dan
dadanya untuk dinaiki oleh kedua cucu kesayangannya, sambil mencium dan
mendoakan mereka. Lihatlah nilai yang ditanamkan dari kedekatan emosional yang
dibangun oleh Rasulullah dengan Hasan dan Husein.
Juga tidak lupa kita akan kisah
dilarangnya Hasan memakan kurma sedekah. Penanaman nilai halal haram yang
diberikan bahkan ketika si kecil sedang digendong di atas bahunya.
Tidakkah itu cara efektif menanamkan
nilai keimanan? Gabungan antara kasih sayang, bermain dengan aktivitas fisik
yang membangun kedekatan emosional , yang semuanya berpadu dengan ketegasan
khas seorang ayah. VIP! Eksklusif hanya Ayah….. Ya! AYAH!
***
Ajaklah anakmu bermain, Ayah…
Mengoptimalkan waktu yang tidak banyak di antara kesibukanmu mencari nafkah,
Karena anakmu menanti dan menikmati kebersamaan bersamamu…
Mengoptimalkan waktu yang tidak banyak di antara kesibukanmu mencari nafkah,
Karena anakmu menanti dan menikmati kebersamaan bersamamu…
Itu semua adalah peranmu, Ayah…
Dalam mendidik anakmu, harapan terbesarmu, asetmu yang paling berharga
Karena hanya dirimu yang memiliki kombinasi lengkapnya…
Dalam mendidik anakmu, harapan terbesarmu, asetmu yang paling berharga
Karena hanya dirimu yang memiliki kombinasi lengkapnya…
Ayah,
Dirimu lah sang pemimpin keluarga ,
Dimana peran besar pendidikan keluarga ada di tanganmu,
Dirimu lah yang kelak akan mempertanggungjawabkan kepemimpinanmu terhadap kami semua di hadapan Allah pada akhirnya….
Dirimu lah sang pemimpin keluarga ,
Dimana peran besar pendidikan keluarga ada di tanganmu,
Dirimu lah yang kelak akan mempertanggungjawabkan kepemimpinanmu terhadap kami semua di hadapan Allah pada akhirnya….
(Diolah dan terinspirasi dari
tulisan Khalid Ahmad Asy-Syantut dalam bukunya: Rumah Pilar Utama Pendidikan
Anak).
Oleh : Poppy Yuditya
Sumber : parentingnabawiyah.com
Tidak ada komentar:
Write komentar